× Home Polling Quiz Dictionary Login
Avatar

Sang Penata Rambut Harare (Bab 1)

August 10, 2020 Novel 71 Views


The Hairdresser of Harare sebuah karya sastra karangan Tendai Huchu, pertama kali dipublikasikan tahun 2010. Mengisahkan kehidupan Zimbabwe Kontemporer dilihat dari sudut pandang Sang Penata Rambut yang bekerja di sebuah Salon di Kota Harare.

Aku tahu ada yang tidak beres dengan Dumi saat pertama kali kumenatap wajahnya. Masalahnya aku tidak tahu apa itu. Terima kasih Tuhan.

Saat itu aku terkenal menjadi penata rambut paling bagus di Harare  yang tentu saja sama dengan paling bagus di seantero negeri. Amai Ndoro adalah pelanggan yang bawel yang pernah meramaikan salon dan dia tidak akan pernah membiarkan Kiya-kiya biasa menyentuh rambutnya. Setelah mencoba semua salon dan menolak mereka semua dia menjadi pelanggan kami. Pelanggan yang bawel juga merupakan pemicu perbincangan dan gosip terbesar. Semenjak dia menjadi pelanhggan kami, kami tidak perlu lagi mengiklankan salon kami, sepanjang dia puas dengan pelayanan kami. Dan itu merupakan tugasku dan kenapa pula Nyonya  Khumalo menggajiku paling tinggi dari karyawan lainnya.

Salon Khumalo berada di daerah Avenue tidak terlalu jauh dengan berjalan kaki dari pusat kota Harare. Kami hanya melayani Tata Rambut dan bukan salon kecantikan, bagaimanapun kami tidak yakin bisa mengerjakan ini. Ada sebuah papan nama dari logam berkarat yang bercat putih dengan tulisan berwarna hitam dan mencolok di depan gerbang salon kami. Karat di logam tersebut menumpuk disebabkan oleh beberapa kali musim hujan yang menimpa dan menggerogoti tulisan sehingga hanya terbaca “Khu--l-” dengan gambar wanita bermodel rambut Afro  dan tanda anak panah, pelanggan kami tidak memerlukan itu karena arahnya sangat jelas dan sederhana.
Dari Taman Harare naik lantas melewati dua jalan belok kiri lewati jalan lainnya akan terlihat rumah berwana biru, bukan yang berwarna hijau, jika terlewatkan Anda mungkin termasuk orang yang memiliki kecerdasarn dibawah rata-rata.

Bagian depan rumah, yang dulunya difungsikan sebagai lounge, kemudian diubah menjadi kafe internet dengan sekitar selusin komputer. Kamu bisa mendengar para penggemar bersenandung dan pekikan khas dari trotoar seberang jalan. Harganya juga tidak terlalu buruk, dibandingkan dengan yang ada di Eastgate atau Ximex Mall. Sisa dari rumah utama digunakan oleh Keluarga Khumalo, yang berjumlah tiga belas. Salon kami berada di bagian belakang yang dulunya merupakan kamar pelayan anak laki-laki. Dari seberang halaman harum aroma relaksasi, pewarna rambut, shampoo dan berbagai macam baham kimia lainnya tercampur aduk menjadi satu ditubuhmu ditambah lagi debu jalan yang menempel di lubang hidung dan hanya keluar jika kita bersin.

Bangunannya telah diperluas dengan kasar, didindingnya dirobohkan dan ditambahkan balok beton sepanjang tujuh meter. Kejeniusan arsiteknya menghasilkan gedung campuran, yang hanya dapat ditemukan jika kita melihatnya dengan cermat. Kamu dapat melihat garis pemisah dimana balok beton bekar dipergunakan. Kami sungguh berterima kasih untuk akomodasi ini walaupun secara esetetika kurang pas dan bangunan akan bergetar jika terjadi badai yang hebat.

Setiap pagi aku selalu disambut oleh Agnes dengan ucapan, “Sisi Vimbai kamu terlambat lagi, pelanggan telah menunggumu.” Anak gadis tertua Nyonya Khumalo memegang kunci dan membuka salon.

Ingin rasanya memonyongkan bibir seperti mengucapkan kata Nxii sambil berjalan masuk salon tanpa menyapanya. Aku membencinya dan dia membenciku dua kali lipat, jika tidak ada ibunya aku tidak perlu berpura-pura sebaliknya, semua orang tahu aku adalah Angsa bertelur emas, jika aku kelaur setengah pelanggan akan mengikutiku. Bagaimanapun membiarkan mereka menunggu membuat mereka menyadari betapa beruntungnya mereka terlayani semua, jadi saya benar-benar membantu bisnis ini. Ada tiga penata penata rambut, Memory, Patricia dan Yolanda serta Charlie Boy, pemotong rambut kami yang selalu beraroma Chibuku --minuman alkohol berbahan dasar sorgum.  Salon ini seperti wilayah kekuasaanku dan aku ratunya. Kulemparkan tas tanganku dibawa meja kasir dan sendiri aku didihkan air untuk menyeduh secangkir teh.

“Ada gaya baru yang ingin kamu lakukan untukku” betapa sering aku mendengar kata-kata ini yang selalu diikuti dengan memperlihatkan gambar dari robekan majalah Amerika.

“Nxii Gampang itu aku akan gaya baru itu akan jadi milikmu” jawabku dengan sedikit kebohongan.

Hanya ada satu cara untuk menjadi penata rambut yang sukses di Harare, dan aku tidak pernah menyembunyikannya kepada yang lain. Pelanggan hanya ingin meninggalkan salon selaykanya wanita aberkulit putih, bukan seperti wanita berkulit berwarna, bukan India, bukan pula China.

Aku selalu mengatakan ini kepada teman-temanku Ketika mereka bertanya bagaimana membuat seseorang merasa seperti wanita berkulit putih. Astaga jawabannya sangat sederhana, perasaan itu ada dipikiran. Nyonya Khumalo tahu benar tentang ini makanya dia tidak pernah memecatku. Gadis lainnya tidak memahaminya, dan itulah mengapa Patricia dipecat. Gadis bodoh itu kedapatan hamil Ketika bekerja kurang dari enam bulan. Tentu Nyonya Khumalo tidak memiliki pilihan lain. Penata rambut adalah profesi yang menjual citra kecantikan. Bagaimana mungkin citra itu seperti tampilan bola sepak yang dijejalkan di perut. Jadinya ada lowongan di tempata kerja kami setidaknya ini akan membuatku kehilangan mahkota kecilku.

--Bersambung--